Razak, Asifa Pritania and Siswanto, Budi Nur and Sihombing, Tulus Martua (2019) ANALISIS RISIKO PROSES PENGELUARAN BARANG DI PUSAT LOGISTIK BERIKAT LOKASI II PT. AGILITY INTERNATIONAL (KP.16.16.19.60). [Teaching Resource]
Text
BAB I.pdf Download (430kB) |
Abstract
6.1.Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis dari bab sebelumnya dapat ditarik sebuah kesimpulan sebagai berikut: 1. Alur proses pengeluaran barang PLB diawali dengan informasi rencana pengeluaran barang yang dikirim oleh importir melalui grup whatsapp yang berisi nomor pengajuan BC 1.6, jumlah barang (partai) yang akan dimuat, dan nama ekspedisi yang digunakan yang selanjutnya akan dijadwalkan ke dalam jadwal muat harian PLB. Proses muat bisa dilakukan jika importir sudah melengkapi dokumen pengeluaran barang. Jika sudah lengkap maka selanjutnya barang akan dipindahkan ke area transit atau dapat langsung dimuat. Lalu, dilakukan pengecekan barang oleh checker outbound ke dalam kendaraan muat. Setelah barang dimuat maka checker menyerahkan tally sheet outbound ke IT Inventory Admin yang selanjutnya akan dibuatkan Surat Jalan di PLB Portal. Saat Surat Jalan sudah dicetak, lalu akan diserahkan ke Warehouse Leader bersama dengan Seal Agility yang berfungsi sebagai segel keamaan kendaraan muat selama diperjalanan. Warehouse Leader membuat Berita Acara (BA) Serah Terima Outbound yang akan diserahkan ke perwakilan ekspedisi muat. Setelah selesai serah terima outbound, selanjutnya akan dilakukan rekap outbound harian. Jika sudah selesai dokumen akan diserahkan ke Hanggar Bea dan Cukai untuk dilakukan penutupan BC 2.8 di Modul TPB dan akan dilakukan pengarsipan oleh IT Inventory Admin. 2. Terdapat 21 risiko pengeluaran barang pada Gudang PLB Lokasi II PT. Agility International dengan Nilai RPN paling besar 3 diantaranya yaitu: Kesulitan menemukan barang di Gudang dengan Nilai RPN sebesar 181,8 ; mati listrik dengan Nilai RPN sebesar 181,5 ; dan system terganggu dengan Nilai RPN sebesar 175,8. Cara mengatasinya sendiri yang sudah dilakukan perusahaan untuk risiko kesulitan menemukan barang di Gudang yaitu dengan pengecetan ulang untuk area lokasi di gudang dan pengecekan ulang terkait identitas barang. Sedangkan rekomendasi penulis yaitu dengan cara meningkatkan komunikasi antara karyawan dan atasan. Cara mengatasinya sendiri yang sudah dilakukan perusahaan untuk risiko mati listrik yaitu dengan melakukan save file secara berkala. Sedangkan rekomendasi penulis yaitu mengaktifkan mode autosave pada komputer. Cara mengatasinya sendiri yang sudah dilakukan perusahaan untuk risiko yaitu dengan menunggu hingga sistem kembali berfungsi normal. Sedangkan rekomendasi penulis yaitu melakukan maintenance secara rutin terhadap computer yang digunakan, dimana setiap ada pembaruan system maka dilakukan secara serentak ke seluruh karyawan. 3. Terdapat 11 indikator risiko kritis pada proses pengeluaran barang yang perlu dilakukan perbaikan sebagai pencegahan akan risiko risiko yang akan terjadi kedepannya. Risiko kritis urutan pertama yaitu risiko kesulitan menemukan barang dengan Nilai RPN sebesar 181,8 cara mengatasinya dengan cara melakukan pengecetan ulang untuk area lokasi di gudang dan pengecekan ulang terkait identitas barang. Risiko kritis urutan kedua, ketiga, dan keempat yaitu risiko mati listrik dengan Nilai RPN sebesar 181,5 cara mengatasinya dengan cara mengaktifkan mode autosave pada komputer ataupun melakukan save file secara berkala. Risiko kritis urutan kelima yaitu risiko sistem terganggu dengan Nilai RPN sebesar 175,8 cara mengatasinya dengan cara melakukan maintenance secara rutin. Risiko kritis urutan keenam yaitu risiko kesalahan pengambilan barang dengan Nilai RPN sebesar 162,6 cara mengatasinya dengan cara melakukan pengecekan ulang sebelum mencetak jadwal muat harian dan menggunakan rumus excel yaitu rumus vlookup untuk terintegerasi dengan rekapan inbound. Risiko kritis urutan ketujuh yaitu risiko keterlambatan pengiriman dokumen pengeluaran barang dengan Nilai RPN sebesar 151,3 cara mengatasinya dengan cara melakukan pendistribusian informasi melalui Grup Whatsapp. Risiko kritis urutan kedelapan yaitu risiko terdapat barang dan kemasan rusak dengan Nilai RPN sebesar 150,3 cara mengatasinya dengan cara melakukan pengecekan CCTV dan checker inbound serta membuat BA Kemasan/Barang rusak. Risiko kritis urutan kesembilan yaitu risiko printer error dengan Nilai RPN sebesar 142,2 cara mengatasinya dengan cara melakukan perawatan printer secara rutin. Risiko kritis urutan kesepuluh yaitu risiko terdapat perbedaan stock di gudang dengan yang terdapat di sistem dengan Nilai RPN sebesar 125,6 cara mengatasinya dengan cara melakukan stock opname/cycle count harian. Risiko kritis urutan kesebelas yaitu risiko barang yang tertukar dengan Nilai RPN sebesar 123,2 cara mengatasinya dengan cara melakukan melakukan pengecekan ke seluruh lokasi penyimpanan barang setiap pergantian shift.
Item Type: | Teaching Resource |
---|---|
Subjects: | H Social Sciences > HD Industries. Land use. Labor H Social Sciences > HD Industries. Land use. Labor > HD28 Management. Industrial Management |
Depositing User: | Unnamed user with email [email protected] |
Date Deposited: | 21 Mar 2022 03:34 |
Last Modified: | 21 Mar 2022 03:34 |
URI: | http://eprint.ulbi.ac.id/id/eprint/285 |
Actions (login required)
View Item |